B. Indonesia

Pertanyaan

Buatlah cerpen bertema disiplin

1 Jawaban


  • Namaku Andi Bonar Sutedja. Sekarang ini, aku duduk di kelas 5 SD. Hobiku adalah bermain sepak bola. Klub kebanggaanku di Indonesia ini adalah Arema Indonesia, dan klub luar negeri kebanggaanku adalah Arsenal.

    Aku biasa berlatih sepak bola di Sekolah Sepak Bola Putra Permana. Tapi, aku punya kebiasaan buruk. Aku tidak disiplin saat berlatih. Aku sering terlambat datang ke lapangan. Saat teman-teman berlatih, aku lebih suka berteduh di pinggir lapangan. Tapi bukan berarti aku tidak semangat. Aku juga bisa lupa waktu kalau sudah bermain sepak bola. Itu artinya, aku juga tidak disiplin waktu.

    Aku ingin sekali bisa merasakan bermain sepak bola di luar negeri. Tapi kata ayahku, kalau aku tidak bisa disiplin, aku tidak akan bisa mewujudkan mimpiku. Menurutku, wajar saja kalau aku tidak disiplin, karena aku anak laki-laki. Tapi memang yang dikatakan ayah itu benar. Kalau aku tidak disiplin dalam berlatih, aku tidak akan bisa menjadi pemain sepak bola hebat seperti Bambang Pamungkas.

    Hari ini, seperti biasa, bangun tidur aku langsung mandi dan berganti pakaian seragam tanpa membersihkan tempat tidur. Ibuku pun langsung marah karena aku selalu melanggar perintahnya untuk membereskan tempat tidur.

    “Ayah, ayo cepat berangkat. Sudah siang,” kataku pada ayah.

    “Salah siapa bangun siang-siang? Belajarlah disiplin,” kata ayah menasihati.

    “Aduh.. Ayah ceramah terus! Ayo cepat, Yah,” kataku sambil menarik tangan ayah. Lalu aku mencium tangan ibuku dan berlari masuk ke mobil. Ayah segera menghidupkan mobil dan berangkat menuju sekolahku.

    Di perjalanan ke sekolah, aku sibuk menceritakan pertandingan antara Arsenal melawan Liverpool yang dimenangkan Arsenal.

    “Oh, pantas saja kamu bangun siang. Ternyata begadang lihat Arsenal?”, kata Ayah.

    “He..he..he…. Apa pun kulakukan untuk Arsenal, Yah,” kataku semangat.

    “Kamu mau main ke Emirates?”, tanya Ayah.

    “Jelas aku mau, Yah. Kalau Ayah libur nanti kita jalan-jalan ke London ya Yah, aku ingin lihat stadionnya Arsenal.”

    “Uang dari mana?”, tanya Ayah sambil tersenyum.

    “Uang Ayah, lah. Ayah kan punya banyak uang,”jawabku. Ayah hanya menanggapi dengan senyuman. Akhirnya, aku sampai juga di sekolah. Di sekolahku, teman-teman juga banyak yang bercerita tentang Arsenal. Arsenal memang klub yang banyak penggemarnya. Aku bangga menjadi salah satu penggemar klub yang banyak prestasi ini.

    Sepulang sekolah, aku merasa sangat lelah dan malas untuk berlatih sepak bola. Aku memilih tidur siang setelah makan. Baru enak-enak tidur, Ayah membangunkanku. Aku kaget karena tidak biasanya Ayah pulang secepat ini.

    “Kamu nggak latihan sepak bola?”, tanya Ayah.

    “Aku capek, Yah. Di sekolah tadi pelajarannya sulit-sulit,” kataku beralasan.

    “Katanya mau main di Emirates Stadium? Kok latihannya nggak

    disiplin?” kata Ayah. Lagi-lagi bujukan Ayah membuat aku terbangun dari tidurku, dan langsung mandi. Aku memang sangat ingin bermain di luar negeri. Mungkin, itu cita-cita semua pesepakbola cilik.

    Karena masih mengantuk, aku tidak semangat berlatih. Karena terlalu lelah, aku meninggalkan lapangan dan duduk di pinggir lapangan.

    “Hei.. Kamu kenapa duduk disini? Bereskan itu bola-bola disana,” kata Coach Dani, pelatihku.

    “Masih capek, Coach. Anak lain saja yang membereskan bola,” kataku.

    “Kamu ini diajari disiplin. Setelah main, bereskan sendiri bolanya. Biar bisa dipakai anak lain. Sudah cepat! Jangan banyak alasan,” kata Coach Dani membentak. Sebenarnya aku tidak mau membereskan bola-bola yang sangat banyak ini, karena aku sudah capek untuk berjalan panas- panasan di lapangan.

    “Kamu ikhlas tidak membereskan bola tadi?”, tanya Coach Dani

    setelah aku selesai melakukan tugasku. Aku hanya diam dan tidak berani melihat wajah Coach Dani. Coach Dani melanjutkan, “Dengan membereskan bola, kamu itu sebenarnya bisa berlatih fisik. Berjalan dari satu tempat ke tempat lain untuk mengambil bola, dan berlari untuk mengejar bola agar tidak berhenti terlalu jauh.”

    Aku mulai menyadari perkataan Coach Dani. Kalau aku tidak

    banyak membantah dan disiplin melakukan tugas dari Coach Dani, pasti sekarang fisik dan teknikku dalam bermain sepak bola sudah meningkat.

    Suatu hari, saat aku berlatih di SSB Putra Permana, Coach Dani mengumumkan ada kompetisi Arsenal Soccer Academy. Aku sangat senang saat diberi pengumuman. Aku ingin sekali bisa ikut sampai ke Emirates Stadium. Tapi, aku harus melalui seleksi dulu. Pertama, aku harus ikut seleksi klub, seleksi kota, provinsi, baru nasional. Kalau sudah lolos semua, aku bisa terbang ke London untuk bermain di Emirates Stadium, stadion kebanggaan Arsenal.

    Aku mulai menyiapkan tenagaku untuk seleksi di klub. Aku sangat bersemangat agar bisa lolos ke tingkat kota. Teman-temanku juga berjuang sekuat tenaga. Tapi kami tetap harus bersaing karena Teman- temanku juga berjuang sekuat tenaga. Tapi kami tetap harus bersaing karena yang lolos hanya dua orang di setiap klub.

    S

Pertanyaan Lainnya